Niat tlah diikrarkan
Kitalah cendekiawan berpribadi
Susila cakap taqwa kepada tuhan
Pewaris tampuk pimpinan umat nanti
Setiap kata dari mars Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memang sarat makna. Cuplikan mars Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tersebut fasih digaungkan oleh immawan dan immawati dalam berbagai kegiatan. Tentu besar harapan bahwa mars tersebut tidak sekadar diucapkan, melainkan diekspresikan dalam amal konkret. Utamanya di era milenial saat ini immawan dan immawati senantiasa dituntut untuk membuktikan.
Cendekiawan muslim zaman modern saat ini perlu untuk merefleksikan diri dengan para cendekiawan muslim zaman dulu. Tidak sedikit cendekiawan muslim yang terkenal dan dikagumi di dunia bahkan karyanya masih menjadi rujukan hingga saat ini. Abbas bin Firnas, Al-Jazari, Ibnu Sina, Al-Zahrawi, Ibnu Al-Haytham, Ar-Razi, Jabir bin Hayyan merupakan contoh beberapa cendekiawan muslim yang memberikan kontribusi bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan masih dikenang.
Bahkan untuk perempuan terdapat juga cendekiawan muslim perempuan, sebut saja Fathimah Al-Fihri–yang mendirikan universitas Al-Qarawiyyin di Maroko pada tahun 859 M–jauh sebelum universitas Harvard, Oxvord, dll berdiri. Kiprah para cendekiawan muslim tersebut mutlak menjadi pelecut semangat dalam membangun peradaban para cendekiawan, dimana immawan dan immawati masuk didalamnya.
Cendekiawan muslim memiliki peran yang tidak remeh dalam persoalan umat, menurut Kuntowijoyo secara singkat peranan cendekiawan terbagi menjadi dua, yaitu: (1) manajemen yang rasional dan (2) membantu umat dalam intellectual war, perang gagasan. Manajemen rasional dimaksudkan seperti pengaturan yang jelas berkaitan tujuan yang besar. Sikap cendekiawan mampu melepaskan kepentingan golongan yang diperjuangkan apabila dihadapkan oleh tujuan kolektif yang jauh lebih besar.
Dengan demikian perselisihan dapat dihindarkan. Sedangkan maksud dari membantu umat dalam intellectual war adalah cendekiawan bertanggung jawab “membela” agama ditegah serangan di dunia modern saat ini. pada umumnya manusia menerima adanya Tuhan, tapi menyangsikan peranan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Peranan tersebut menuntut
cendekiawan untuk memiliki kesadaran yang dapat membedakan umat islam dari yang
lainnya. Diantaranya kesadaran yang diperlukan oleh cendekiawan dalam
menghadapi persoalan umat adalah pertama, keadaran teologis (keimanan). Kedua,
kesadaran strategis (bekerja secara terus menerus dalam jangka panjang secara
terus-menerus secara konsisten, disebut juga sabar). Ketiga, kesadaran
operasional (keikhlasan) yang menjadi kunci dari setiap amal.
Tanggung jawab cendekiawan muslim menjadi lebih berat saat dihadang oleh persolan nasional, ditambah lagi persoalan global. Persoalan nasional yang cukup kuat saat ini seperti, industrialisasi dan pluralisasi. Keduanya cukup menyita perhatian akhir-akhir ini seiring dengan perkembangan teknologi dan merajanya media sosial di masyarakat. Industrialisasi mendorong cendekiawan untuk mengambil tugas advokasi, yang bisa juga disebut nahi munkar. Cendekiawan seolah tidak diizinkan untuk apolitis atau tidak peduli, mengingat dimana dalam industrialisasi akan terjadi penggusuran, perampasan, pelanggaran hak buruh, dan yang lainnya.
Adapun untuk persoalan global, cendekiawan akan dihadapkan persoalan ekologi dan liberalisasi. Persoalan ekologi yang nampak saat ini seperti terbatasnya energi, limbah, hutan dan ozon. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang perlu menjadikan persoalan ekologi sebagai persoalan penting. Mengingat Indonesia memiliki lahan hijau yang menjadi sumber oksigen bagi dunia, maka perlu ikhtiar lebih keras lagi untuk merawat ekologi dari negara ini.
Sebagai warga Negara Indonesia, dan sebagai muslim, maka menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup merupakan hal yang wajib dilakukan dan ditaati. Dari penjelasan yang diuraikan diatas dapat dikaitkan dengan upaya – upaya yang perlu dilakukan untuk empowerment menurut Al-Qur’an, salah satu yang paling penting adalah menumbuhkan semangat kerja dan bergerak. Manusia merupakan makhluk yang memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi. Immawan dan immawati haruslah menempatkan diri di garda terdepan sebagai pengemban amanah dimana sejarah umat telah menuntut bukti.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
(QS. Al-Baqarah/2:30).
Dari sini dapat diambil hikmah bahwa sesungguhnya Allah SWT menghendaki setiap orang bekerja dan berusaha di muka bumi ini untuk kebaikan dirinya dan sesamanya. Islam adalah agama wasathaniyah yang meneruskan kerja dan produktif untuk kemakmuran tanah air bahkan global serta demi kebaikan dan kebahagiaan hidup manusia bersinarkan iman dalam hati, kesucian jiwa, dan kemuliaan akhlaq. Islam menghendaki setiap orang hidup dalam dan dengan amal usahanya. Seruan untuk beramal shalih seperti menggelorakan nilai-nilai religius, intelektual maupun humanis harus senantiasa diupayakan.
Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan gerakan diantaranya: pertama, kesadaran beragama yang benar yaitu dengan melaksanakan perintah agama dengan sempurna. Serta dilandasi dengan semangat menghasilkan kebermanfaatan, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi melainkan juga untuk sesama. Maka saat immawan dan immawati telah sampai pada tingkat religius perlu difollow up dengan ghirah bergerak mengamalkan nilai dasar ikatan.
Allah memberikan nasehat sangat indah dalam QS. An-Nisa’: 58. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Allah mengamanahkan kepada kita Laa ilaha illallah. Dan kita punya tanggung jawab tertentu. Kemudian kita juga punya amanah terhadap Rasulullah SAW yaitu dengan cara bagaimana kita menghormatinya, bagaimana mematuhinya. Kemudian juga ada amanah selain itu seperti, orang tua kita, keluarga kita, tetangga kita.
Allah SWT menasehati kita untuk memberikan hak orang lain secara penuh tanpa dikurangi sedikitpun. Begitu juga dengan hak dari ikatan ini, bangsa ini, untuk melahirkan para cendekiawan berpribadi yang menebar kemanfaatan hingga ke seluruh penjuru dunia. Dengan memahami konsep ini, maka sangat penting untuk mempraktekkannya dalam segala aktivitas harian kita.
Meskipun kesadaran individu mutlak bagi suatu pergerakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa strategi yang diterapkan oleh suatu kelompok dapat menjadi indikator tersendiri keberhasilan mencapai tujuan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah mengupayakan para kader untuk dapat meng-upgrade diri melalui sistem perkaderan. Namun disisi lain, upaya yang berkelanjutan dan konsisten perlu diperhatikan demi terwujudnya target.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan yaitu: pertama, strategi struktural. Kata kunci strategi ini adalah pemberdayaan kader sesuai dengan tupoksi dan hierarki perkaderan. Mengoptimalkan kinerja dan program dari Bidang Hubungan Luar Negeri Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi kunci keberhasilan dari strategi ini.
Kedua, strategi kultural. Strategi ini lebih mengedepankan pendidikan kader untuk penyadaran pentingnya peran ikatan ini di ranah global. Salah satu yang bisa menjadi alternatif adalah memaksimalkan kemampuan berbahasa setiap kader ikatan. Ketiga, strategi mobilitas sosial. Strategi ini tidak sekedar ditujukan bagi kader maupun ikatan melainkan juga naik dalam tingkatan sosial masyarakat.
Blitar, 9 November 2019
Posting Komentar untuk "Cendekiawan Muslim Membangun Peradaban Global"